Senin, 15 September 2014
"Dengan membaca maka kalian akan membuka satu lembar kecil dari luasnya pengetahuan dunia, buku-buku ini akan mengantarkan kalian melihat dunia itu dari atas Wilis sini, Tumpakdoro.."
Kalimat pembuka diatas seperti memberikan sebuah pesan atas alasan kami #KKN28 mendirikan Taman Baca Masyarakat kecil di atas lereng Wilis di dukuh Tumpakdoro.
Semuanya bukan tanpa alasan dan bukan tanpa sebuah api penyulut yang memberanikan kami mendirikan TBM Tumpakdoro ini.
Semuanya berawal dari sebuah acara peringatan Hari Buku Nasional oleh Blogger Hibah Buku sekitar mei lalu di Kepung Kelud. Kebetulan salah satu anggota #KKN28 (Kak Tutut) ikut serta dalam acara Harbuknas 2014 yang menjadi salah satu perwakilan dari Blogger Kediri.
Saat acara selesai, Blogger Kediri diberi mandat untuk mendistribusikan buku sisa ke Sekolah Dasar yang ada di Kediri.
Dua kerdus buku itulah yang membuat Kak Tutut terinspirasi untuk mendirikan Taman Baca di posko #KKN28 yang akhirnya dimasukkan dalam program kerja #KKN28. Ketika meminta ijin memakai buku-buku dari Hibah Buku, salah satu volunteer Hibah Buku, Kak Anazkia, malah menyambut dengan antusias dan malah berencana untuk menambah buku senilai satu juta dari Blogger Hibah Buku.
Seperti gayung bersambut, jadilah Taman Baca Masyarakat Tumpakdoro yang sederhana berdiri di rumah Posko #KKN28.
Selama 40 hari pengabdian, kami menyaksikan sendiri betapa anak-anak Tumpakdoro menunjukkan semangat belajar yang sangat tinggi dengan selalu datang untuk Bimbel di Posko dan menyandingkan buku didekat mereka untuk dibaca. Walau belum semua anak Tumpakdoro bisa membaca lancar namun usaha mereka untuk membaca kadang membuat kami terkikih.
Detik-detik sebelum kepulangan kami, sekardus paketan dari Blogger Hibah Buku pun sampai. Kami langsung 'sok-sok-an' mengarsipkan nomor buku yang kami memberinya nomer sendiri ke dalam buku besar.
Terhitung 100an buku untuk awal Taman Baca Masyarakat Tumpakdoro.
Buku-buku yang tersedia kebanyakan adalah cerita anak-anak inspiratif, buku-buku kartun sains, kartun yang sedang booming di TV dan lain-lain.
Kami #KKN28 pun membuat papan nama sederhana di depan TPA As-Shafiah yang menjadi pilihan kami untuk mendirikan Taman Baca Tumpakdoro.
Sebelum pulang, kami pun banyak berpesan kepada anak-anak Tumpakdoro untuk saling membantu menjaga TBM Tumpakdoro dan terus banyak membaca. Kami pun menjanjikan sebuah reward bagi anak yang rajin membaca di TBM Tumpakdoro yang akan kami berikan saat ada kesempatan untuk naik gunung kembali.
Cerita singkat namun insyaAllah bermanfaat.
Satu lagi oase ilmu berdiri di atas lereng pengunungan Wilis yang indah, di Tumpakdoro.
Kamis, 24 Juli 2014
Seperti segala sesuatu sudah ditentukan dari awal, dan memang semua sudah ditentukan hitungannya oleh Allah. Kurang lebih 40 hari, 13 anak, posko KKN 28, 16 Juni - 22 Juli 2014. Merupakan rentetan angka-angka yang tak akan bisa hilang dari ingatan kami anak Posko #KKN28.
Hari ini purna sudah tugas kami, kewajiban kami untuk mengabdi kepada masyarakat Tumpakdoro. Semuanya berjalan lancar tak ada satupun masalah besar selama 40 hari mengabdi. 40 hari? Memang tidak genap 40 hari dan rasanya pun hanya seperti 4 hari. Cepat, sangat cepat hingga kepulangan hari ini terasa berat bagi kami.
Semalaman kami terjaga hingga malam, saling cerita, saling mengaku, saling menilai kenangan yang diciptakan masing-masing dalam kebersamaan selama #KKN28.
Pada awalnya kami tidak mengenal dekat bahkan benar-benar asing, namun 40 hari saat pulang menjadikan kami saudara, keluarga. Pagi ini masing-masing mengatakan semuanya dan tak ada sesuatu kenangan buruk melainkan canda tawa.
Sahur pun tiba, sahur terakhir di Tumpakdoro untuk ramadhan kali ini. Suara pembangunan sahur remaja yang selalu heboh membuat kami banyak tertawa. Inilah yang akan kami rindukan.
Adzan subuh berkumandang, kami sholat jamaah subuh untuk terakhir kalinya dalam masa tugas #KKN28. Masing-masing kami berdoa dengan takzim dengan penuh kesyukuran atas kenangan tak terlupakan sepanjang masa dari #KKN28.
Selepas subuh kami pun packing barang-barang. Packing selalu terasa berat diawal maupun diakhir sebuah perjalanan. Semuanya bermakna meninggalkan sesuatu dan inilah saatnya kami meninggalkan Tumpakdoro.
Sekitar pukul 07.00 kami sudah bersiap dengan koper masing-masing yang siap diangkut pulang. Beruntung kami mempunyai Kak Dafy yang bisa mengemudikan mobil di jalan se-ekstrim Tumpakdoro sehingga kepulangan kami pagi ini dirasa cukup ringan.
Semuanya sudah berpakaian rapi dan seragam begitu juga Pak Jito sekeluarga. #KKN28 putri membuat inisiatif untuk membuat seragam dari kain sarung yang dijadikan baju dress sehingga kami pun punya seragam yang menambah kesan atas kekompakan kelompok kami.
Sebelum berpamitan kami sempatkan berfoto bersama dengan keluarga Pak Jito yang setelahnya kami duduk bersama di Bale rumah untuk berpamitan. Saat Ibu sukarmi menyampaikan sepatah kata kepada kami, kami pun tak dapat membendung air mata kami. 40 hari membuat kami menjadi bagian dari keluarga Pak Jito. Ucapan terima kasih, permohonan maaf serta doa tulus disampaikan dengan linangan air mata.
Speechless. Kami pun tak banyak bicara karena perpisahan sungguh membuat lidah kami kelu. Di akhir pembicaraan, kami memberikan kenang-kenangan berupa parcel untuk Ibu Sukarmi sekeluarga yang selanjutnya kami izin untuk pergi berpamitan dengan warga sekitar.
Pertama kami mengunjungi rumah Bu Bayan yang sering kami mintai pertimbangan karena tahun lalu ditempati oleh #KKN STAIN Kediri. Kami pun mengatakan hal yang sama, terima kasih atas ilmu yang diberikan dan minta maaf jika ada kesalahan selama berkegiatan di Tumpakdoro.
Pukul 08.30 kami pun berpamitan karena dikejar jadwal pemograman di kampus. Namun tidak semua dari kami turun pagi ini hanya Kak Dafy, Kak Nidya, Kak Khoir, Kak ira, kak Devid, dan Bu Siti saja yang turun pagi, lainnya masih tinggal hingga siang karena masih harus berpamitan ke beberapa rumah seperti Pak Kiai, Bibi Shafiah, Mbah Bayan, dan warga sekitar posko.
Seperti rencana kami untuk mendirikan Taman Baca Masyarakat di Tumpakdoro atas bantuan buku dari teman-teman Blogger Hibah Buku, dihari terakhir ini kami laksanakan apa yang menjadi salah satu program kami karena buku baru sampai dua hari yang lalu.
Sembari kami berpamitan ke rumah Bibi, pemilik TPA As-Shafiah, kami juga membuka Taman Baca Masyarakat Tumpakdoro hari ini. Kami serahkan buku berjumlah 106 buku kepada Bibi untuk selanjutnya digunakan untuk Taman Baca. Terima kasih sebesar-besarnya untuk Kak Anaz dan kawan-kawan Hibah Buku.
Setelahnya kami keliling dibeberapa rumah untuk berpamitan. Ba'da dhuhur, kami berlima yang masih tinggal Kak Tutut, Kak Badriyah, Kak Septi, Kak Ubet dan Kak Deby benar-benar pamitan untuk turun kepada Ibu Sukarmi. Kami pun berpelukan erat dengan keluarga beliau dan berjanji ini bukanlah perpisahan melainkan suatu saat pasti kembali lagi.
40 hari yang mengajarkan banyak hal, 40 hari yang menjadi kepingan mozaik dalam hidup, 40 hari yang menjadikan orang asing menjadi sebuah keluarga besar KKN28. Ini bukan akhir dari cerita #KKN28 namun menjadi sebuah awal dari cerita keluarga #KKN28 yang penuh akan kenangan.
Sabtu, 19 Juli 2014
Jumat barokah, jumat pagi ini kami semua sudah berada posko #KKN28 setelah dua hari 'pulang' ke rumah untuk memberikan suara untuk Indonesia. Kamis sore kemarin satu persatu dari kami kembali ke posko dengan cerita masing-masing dukungan untuk calon pemimpin Indonesia dan tentunya oleh-oleh dari rumah masing-masing sehingga jumat hari ini posko #KKN28 penuh dengan makanan.
Jumat pagi ini kami tak banyak kegiatan karena kami bersih-bersih kamar yang kami tinggal selama dua hari ini. Sebelum pulang kami menggulung kasur-kasur kami sehingga hari ini sesiangan kami membersihkan kamar, rumah dan dapur.
Sembari membersihkan kamar kami pun kembali melakukan kegiatan seperti biasa.
Setelah anak putra #KKN28 melaksanakan sholat jumat kami bersiap untuk pergi mengajar TPA di TPA As-Shafiah dan TPA Janur Mushtofa namun mendung yang sedari pagi bergelayut di atas awan tumpakdoro mulai menitikkan airnya. Hujan pun mulai melebat dan kami hanya bisa berdiam di rumah.
Medan yang susah membuat kami tak bisa berkutik karena licinnya jalan dan beceknya jalan setapak. Hujan pun turun dari siang hingga malam hari dan memaksa kami untuk tarawih di rumah. Malam ini imam-nya adalah Kak Daffi yang sekaligus dijadikan ajang latihan mental untuk mengimami di Masjid Baiturrohim.
Setelah tarawih kami melakukan evaluasi singkat karena dinginnya hawa khas hujan. Kami pun tidur diiringi musik alam yakni rintik hujan.
#KKN28 untuk Indonesia. Selasa pagi ini kami bersiap pulang untuk memberikan suara kami untuk Indonesia. Packing sudah kami lakukan sedari kemarin, jadi hari ini kami siap untuk berangkat pulang.
Kami pun beres-beres kamar masing-masing yang akan kami tinggal selama beberapa hari sampai kamis sore.
Pukul 09.00 kami sudah bersiap untuk turun gunung namun gerimis menghadang kami pulang. Motor-motor kami sudah siap di depan dan hujan cukup lebat pun turun. Kami jadi tertahan selama setengah jam lamanya. Setelah hujan reda kami turun dengan sangat hati-hati akibat jalannya yang sangat licin dan berbahaya.
Kami pun pulang dengan hati bahagia karena sudah selama beberapa minggu kami meninggalkan rumah masing-masing.
Saat pulang, kami berencana untuk buka bersama di rumah salah satu kawan kami, ubet. Pada awalnya kami merencanakan untuk berbuka di rumah makan, namun karena minimnya dana, singkatnya waktu berbuka dan sholat maghrib, dan mbuletnya kawan-kawan menentukan tempat, membuat kami memutuskan untuk berbuka di rumah salah satu kawan kami. Efisiensi waktu, dana dan tempat, itu yang kami cari.
Siangnya kami membantu orang rumah kak ubet menyiapkan menu buka puasa untuk kami. Bersama-sama selama kurang lebih 3 minggu membuat kami seperti sebuah keluarga. Di mana pun tempatnya, canda tawa tetap ada bersama kami.
Selasa, 15 Juli 2014
Orang sering mengatakan istilah Minggu Tenang, rasanya istilah itu sangat tepat untuk menamai hari minggu ini. Walaupun secara makna, istilah minggu tenang bermakna satu minggu yang bebas tak berkegiatan sebelum menghadapi minggu-minggu sibuk dan memang benar satu hari minggu peralihan dari minggu-minggu berkegiatan menuju minggu libur panjang pemilu. Yaa, sesuai mandat dari panitia #KKN STAIN Kediri, seluruh peserta KKN pada tanggal 8-9 Juli diharuskan untuk mengosongkan posko dan libur KKN agar semua mahasiswa dapat berpartisipasi dalam pesta demokrasi pemilihan presiden RI ke tujuh.
Minggu hari ini kegiatannya tetap mulai pagi hingga malam tiba. Tadarus pagi, tadarus siang, mengajar TPA, Bimbel, masak bersama, tarawih dan evaluasi. Di TPA As-Shafiah kami mengatur jadwal mengajar dua kakak secara bergantian, begitu juga di TPA Musholla, dan hari ini jadwalnya Kak Septi dan Kak Tutut mengajar Ro'sun sekaligus pamit beberapa hari untuk pulang nyoblos, karena besok yang mengajar kak Ira dan Kak Nidya. Kakak berdua pun menyampaikan inisiatif agar selama ditinggal pulang mereka tetap belajar dengan berkata, siapa yang hafal Ro'sun dari awal sampai kata terakhir yang diajarkan akan diberi hadiah. Anak-anak TPA As-Syafiah pun semangat dan berjanji akan menghafalkannya.
Saat pulang kami pun foto bersama, namun anak-anak putra yang selalu aktif malah berlarian kesana kemari. Saat kami pulang, kami malah dikejutkan dengan 'mercon' yang mereka bawa dan sengaja dibunyikan di jalan kami pulang. Kami berdua pun mengambil jalan turun yang agak jauh lewat Masjid bersama anak-anak putri lainnya dengan alasan kami 'jalan-jalan sore' namun ternyata anak-anak putra sudah menunggu kami di pertigaan dan siap dengan mercon mereka.
Kami 'diuncali' satu mercon yang otomatis kami berlarian karena takut. Kami tau mereka berbuat seperti itu karena ingin cari perhatian kami dan cerita itu yang bakal dikenang sampai nanti. Kami pun pulang sambil lari karena takut dilempari petasan lagi.
Sorenya kami buka bersama dengan menu sederhana. Minggu tenang hari ini pun tertutup dengan tarawih bersama, tadarus bersama dan evaluasi. Evaluasi malam ini tak membahas banyak hal, hanya membahas bagaimana besok sore untuk pulang.
Minggu ini benar-benar Minggu tenang.
Senin yang semangat. Hari ini kami mulai packing padahal baru besok pagi kami turun untuk memberikan satu suara kami untuk Indonesia. Entah kenapa senin hari ini begitu menyenangkan. Mungkin 99% jawaban kami adalah besok pulang, libur panjang, kembali ke rumah setelah kurang lebih 3 minggu berada di peraduan. Hari terasa semakin cepat dan kegiatan pun tak terasa berat untuk dilakukan.
Salah satu rahasia hari-hari Ramadhan di Tumpakdoro adalah puasa tak akan terasa berat karena hawa dingin yang meniadakan rasa haus selama kurang lebih 13 jam berpuasa. Ditambah lagi kegiatan kami yang padat namun dikerjakan dengan penuh canda tawa bersama kawan se-#KKN28 atau dengan anak-anak Tumpakdoro membuat hari sebentar saja maghrib sudah segera tiba.
Hari ini langit memendung yang walaupun siang hari namun kabut sudah turun dengan lebatnya. Inilah suasana yang mungkin tidak kami temukan sebagai anak kota di lembah Gunung Wilis dan Kelud.
Karena siang ini kabut sudah turun, pada tadarus hari ini pun membuat kami harus mengencangkan jaket yang kami pakai dan membuat kami bersedekap dengan erat.
Cuaca di Tumpakdoro memang tidak dapat diprediksi. Seharusnya sekarang sudah masuk musim kemarau namun hujan masih sering mengguyur bumi Tumpakdoro. Seperti yang pernah kami ceritakan sebelumnya, alam Tumpakdoro seperti punya cara tersendiri untuk membuatnya seimbang. Jika pohon-pohon kopi sedang waktunya berbunga, maka hujan pun datang untuk memekarkan bunganya tanpa mengenal musim.
Alam seperti berbicara langsung kepada manusia tentang keseimbangan alam. Hal semacam ini kembalinya hanya kepada Sang Pencipta dan manusia hanya bisa berdecak kagum atas kekuasaan-Nya terhadap hal kecil atas pohon kopi.
Ba'da dhuhur tiba, hujan pun tiba lumayan derasnya.
Saat hujan mereda, salah satu dari kami ada yang turun untuk membeli suatu keperluan, dan ternyata di bawah tidak hujan sama sekali. Inilah rahasia alam Tumpakdoro yang kadang membuat orang 'nggumun' terhadapnya.
Sore pun tiba dan hujan masih mengguyur. Hari ini kami absen mengajar TPA karena hujan. Kalau disini sudah hujan maka jalan akan sangat licin dan sangat becek akibat tanahnya yang merah.
Maghrib tiba dengan hawa dinginnya, kami pun mengucap 'alhamdulillah' atas rejeki yang Allah beri kepada kami. Rejeki atas hujan, rejeki atas apa yang kami makan maghrib ini, rejeki atas apa yang kami bagikan walaupun sederhana.
Hari ini kami bersemangat. Senin semangat untuk Indonesia.
Minggu, 13 Juli 2014
Sahur pagi di tumpakdoro yang selalu meriah. Pemuda Tumpakdoro seperti punya cara tersendiri dalam membangunkan warganya untuk sahur. Mereka menabuh drum-drum, kentongan, klintingan sekeras-kerasnya keliling dusun dan menyanyi lagu-lagu anak-anak. Entah kenapa mereka menyanyikan lagu anak-anak seperti cicak di dinding, tiup lilinnya, dan lagu-lagu anak lainnya.
Sahur jadi selalu tepat waktu karena cara membangunkan mereka yang unik.
Hari ini #KKN28 seperti sudah sibuk sedari subuh karena sebuah kabar akan kedatangan DPL ke posko. Karenanya segala persiapan mulai dari penge-check-an laporan yang mungkin akan diperiksa hingga bersih-bersih dilakukan sedari subuh.
Jadwal kami hari ini tetap seperti biasa, tadarus, mengajar bimbel, mengajar TPA, masak, tarawih dan evaluasi. Namun kedatangan DPL hari ini membuat hari ini menjadi sedikit berbeda dari yang biasanya.
Sekitar pukul 07.00 pagi, kami dengan tugas tadarus di masing-masing tempat sudah bersiap berangkat agar jam 10 sudah berada di rumah.
Jadwal #KKN28 Putra hari ini adalah ke Tegil mencari kayu bakar dan #KKN28 Putri tadarus dan bersih-bersih rumah. Sekitar pukul 10.00 DPL kami, Pak Anis Humaidi 'rawuh' bersama Pak Tri Hartanto, salah satu dosen akademik STAIN Kediri yang tertarik mengunjungi Tumpakdoro karena keindahan alamnya.
Karena #KKN28 Putra masih ke Tegil jadilah kami #KKN28 Putri yang menyambut kedatangan beliau berdua. Pak Anis sebagai DPL #KKN28 pun menanyakan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan laporan seperti judul, kegiatan, hambatan dan masalah apa yang kami alami. Kami pun konsultasi judul dan oleh Pak Anis judulnya dirombak menjadi '..'
Disela kami konsultasi dengan DPL, Pak Tri hadir mencairkan suasana dengan menanyakan tentang Tumpakdoro, seperti tempat wisata, cuaca yang dingin, jalannya yang susah, masyarakatnya, dan bagaimana cara kami 'anak-anak kota' bisa hidup di tempat se-terpencil ini. Suasana konsultasi dengan DPL jadi tak menakutkan.
Kurang lebih satu jam-an, beliau berdua pamit untuk melanjutkan perjalanan ke posko #KKN27 di karangdoro.
Sebelum pulang kami pun menceritakan tentang Taman Baca yang kami adakan di posko walaupun buku-bukunya masih terbatas dan masih menunggu kiriman buku dari Blogger Hibah Buku Jakarta. Pak Anis pun menyemangati kami untuk benar-benar membuka Taman Baca Masyarakat di Tumpakdoro dan siap membantu perizinan. Kami pun senang namun juga sedikit terbebani mengingat waktu kami di Tumpakdoro tidak begitu banyak dan agenda kami pun sudah banyak. Namun kami tetap optimis untuk bisa membuka TBM kecil-kecilan untuk masyarakat Tumpakdoro. InsyaAllah. Bismillah.
Sebelum pulang kami pun berfoto bersama dengan Pak Anis dan juga Pak Tri. Sampai beliau berdua akan pulang, anak #KKN28 Putra belum juga kembali dan saat Pak Anis berpamitan, mereka datang 'menyunggi' kayu bakar. Pak Anis pun jadi tertahan sebentar karena mengobrol dengan ketua #KKN28 Kak Deby dan juga Pak Tri yang jadinya mengobrol dengan Kak Tutut membicarakan tentang blog tumpakdoro.blogspot.com.
Selesai berbincang beliau berdua pun benar-benar berpamitan. Siang hari jadwal kami tetap, sebelum mengajar TPA kami tadarus sambil menunggu anak-anak berkumpul di TPA. Sore hari setelah TPA selesai, kami silaturahmi ke rumah Bibi untuk membicarakan tentang TPA di Bibi dan di Masjid. Dari silaturahmi, kami dapat kesimpulan, untuk TPA As-Syafi'ah adalah mengaji Al-Qur'an dan diajari Kitab Ro'sun, Fasholatan dan Tajwid. Untuk TPA Masjid Baiturrohim adalah diajari Baca Tulis Qur'an atau BTQ. Pembagian ini dikarenakan murid di TPA As-Syafi'ah kebanyakan juga ngaji di TPA Masjid, jadi agar semuanya dapat ilmu yang beragam jadilah ada pembagian.
Malamnya kami tarawih yang setelahnya kami evaluasi yang cukup panjang karena dapat banyak masukan baru dari hasil konsultasi dengan DPL hari ini. Terima kasih Pak Anis dan Pak Tri yang sudah mau berkunjung ke posko #KKN28 dan sedikit mengobati kekecewaan kami atas tidak maunya DPL STAIN Kediri untuk naik ke Tumpakdoro.
Search
Popular Posts
-
Catatan ini berawal dari masa-masa akhir semester VI yang penuh dengan kepenatan. Tugas-tugas yang menggila dan ujian-ujian yang berhasil m...
-
Sisa hujan semalam menghadirkan hawa pagi yang sejuk nan menusuk namun mendamaikan. Dua pagi di Tumpakdoro, namun matahari terbit pagi be...
-
Kuliah Kerja Nyata 2014 STAIN Kediri dimulai hari ini. Segala perasaan hadir dalam hati masing-masing peserta KKN. Senang karena tanda libur...
-
Ahad, 22 Juni 2014. Pagi hari ini secerah perasaan kami #KKN28, karena agenda utama hari ini hanya satu, Ekspedisi Air Terjun Parijotho. Se...
-
Orang sering mengatakan istilah Minggu Tenang, rasanya istilah itu sangat tepat untuk menamai hari minggu ini. Walaupun secara makna, istila...
-
#KKN28 untuk Indonesia. Selasa pagi ini kami bersiap pulang untuk memberikan suara kami untuk Indonesia. Packing sudah kami lakukan sedari k...
-
Seperti kami #KKN28 sudah terbiasa dengan dinginnya hawa dan air es di Tumpakdoro yang terkadang suhu kamar saja mencapai 21 derajat celcius...
-
Matahari di setiap paginya seperti sebuah penanda hari telah berganti. Dan hari ini, pagi yang sangat indah datang menyapa Puncak Tumpakdor...
-
Satu hari menjelang ramadhan. Berbagai penyambutan selalu dilakukan semua umat muslim, tak terkecuali muslim di Tumpakdoro. #KKN28 hari ini ...
-
"Dengan membaca maka kalian akan membuka satu lembar kecil dari luasnya pengetahuan dunia, buku-buku ini akan mengantarkan kalian melih...